Dalam desain, pasti kita berhadapan dengan dua mode warna yang selalu ada yaitu RGB dan CMYK. Memang dua warna ini begitu menonjol dan saling membutuhkan. Kita membutuhkan warna RGB untuk penampilan desain kita dalam versi digital, sementara untuk hasil cetakan, pasti warna CMYK yang kita pakai. Mengapa demikian?
RGB mewakili warna Red atau Merah, Green atau Hijau, dan Blue atau Biru. Tiga warna ini dapat menghasilkan warna-warni desain yang cemerlang dalam penampilan digital entah itu di desktop atau android, pokoknya cerah ceria dan memanjakan mata. Sayangnya ketersediaan warna RGB yang maksimal hanya bisa kita dapatkan dalam bentuk digital saja, sementara bila kita mencetak hasil desain kita dalam bentuk poster atau brosur misalnya, maka mode warna CMYK yang paling pantas.
CMYK terdiri dari warna Cyan untuk C, Magenta untuk M, Yellow untuk Y, serta Black untuk K. Sering muncul pertanyaan mengapa Black diidentifikasi sebagai K dan bukan B? Jawabannya bukan karena huruf B sudah terwakili oleh warna Blue atau Biru, melainkan karena K merupakan penanda bahwa warna Black atau hitam sebagai Key atau Kunci. Jadi warna hitam di dalam mode warna CMYK berfungsi sebagai kunci bagi warna C, M, dan Y untuk bisa menampilkan akurasi warna secara realistis dalam bentuk cetakan karena tanpa adanya warna hitam dalam mode warna ini, maka hasil cetakannya tidak bisa maksimal, pendek kata, tidak realistis.
Biasanya hasil cetakan dengan mode warna CMYK akan menjadi lebih gelap dari hasil mode warna RGB di tampilan digital. Memang begitulah dunia yang tidak sempurna ini. Maka dari itu, kita harus bertanya pada diri kita sendiri apakah ingin menyajikan hasil desain kita dalam bentuk digital ataukah hasil cetakan. Kalau digital, pilihlah mode warna RGB. Jika yang kita inginkan adalah hasil cetakan, maka silahkan memilih CMYK. Demikianlah.